Selasa, 02 Juni 2015

Tips Cara Mengatasi ADHD Pada Anak

Berikut ini saya akan memberikan informasi mengenai cara mengatasi ADHD atau tips mengatasi ADHD pada Anak. ADHD yang lebih sering dikenal dengan istilah hiperaktif merupakan gangguan jangka panjang yang menyerang jutaan anak dengan gejala-gejala yang dapat berlangsung hingga dewasa. Siapa saja memiliki kemungkinan untuk menderita ADHD, tapi kondisi ini umumnya dialami oleh orang-orang dengan gangguan belajar. Sebagian besar kasus ADHD terdeteksi pada usia 6-12 tahun. Anak-anak dengan ADHD cenderung rendah diri, sulit berteman, serta memiliki prestasi yang kurang memadai.

Cara Mengatasi ADHD

ADHD cenderung lebih sering terjadi dan mudah terdeteksi pada laki-laki daripada perempuan. Contohnya anak laki-laki umumnya memiliki perilaku yang lebih hiperaktif sementara anak perempuan cenderung lebih diam, tapi sulit berkonsentrasi.

Cara Mengatasi ADHD Pada Anak


Gejala ADHD
Gejala-gejala ADHD umumnya terlihat sejak usia dini, yaitu sebelum usia enam tahun dan cenderung makin jelas ketika terjadi perubahan pada situasi di sekitar sang anak, misalnya mulai belajar di sekolah. Sebagian besar kasus ADHD terdeteksi pada usia 6-12 tahun dengan gejala yang meliputi:

  • Sulit berkonsentrasi.
  • Sulit mematuhi instruksi.
  • Cenderung terlihat tidak mendengarkan.
  • Mudah merasa bosan.
  • Tidak bisa diam atau gelisah.
  • Tidak sabar.
  • Sering lupa dan kehilangan barang, misalnya alat tulis.
  • Kesulitan dalam mengatur.
  • Sering tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dan beralih-alih tugas.
  • Selalu bergerak atau sangat aktif secara fisik.
  • Bertindak tanpa berpikir panjang.
  • Kurang memahami bahaya atau konsekuensi buruk.
  • Sering memotong pembicaraan orang lain.


Gejala ADHD pada orang dewasa termasuk sulit dideteksi. Para pakar menduga bahwa gejala ADHD yang dialami seseorang saat dewasa berawal dari masa kanak-kanak. Gejala-gejala ADHD yang umumnya dialami anak-anak dan remaja di atas juga terkadang dialami oleh penderita dewasa, tapi dengan intensitas yang berbeda. Perilaku hiperaktif biasanya akan berkurang, sementara gejala sulit konsentrasi cenderung bertambah parah seiring meningkatnya tekanan hidup. Penderita ADHD dewasa umumnya akan mengalami masalah dalam pendidikan maupun pekerjaan, misalnya karena kemampuan organisasi yang buruk atau tidak bisa menentukan prioritas. Kehidupan dan hubungan sosialnya juga bisa terhambat, contohnya sulit memiliki teman atau pasangan.

Peyebab ADHD
Penyebab ADHD belum bisa diketahui dengan pasti. Tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa risiko seseorang untuk menderita kondisi ini dapat disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor.

  • Faktor keturunan. Memiliki ibu, ayah, atau saudara dengan kondisi yang sama atau gangguan mental lain.
  • Kelahiran prematur.
  • Kelainan pada struktur atau fungsi otak.
  • Kerusakan otak yang terjadi dalam kandungan atau usia dini.
  • Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi minuman keras, serta merokok selama masa kehamilan.
  • Ibu yang terpajan racun dari lingkungan sekitar, misalnya senyawa bifenil poliklorin (PCB).
  • Pajanan racun dari lingkungan sekitar pada masa anak-anak, misalnya timah yang terdapat dalam cat.

Cara Menyembuhkan Penyakit ADHD


Penanganan dengan Obat-obatan
Meski tidak bisa menyembuhkan, obat-obatan dapat mengurangi gejala-gejala ADHD. Terdapat empat jenis obat yang biasa digunakan, yaitu methylphenidate, dexamfetamine, lisdexamfetamine, dan atomoxetine.

Methylphenidate, dexamfetamine, dan lisdexamfetamine termasuk dalam golongan obat stimulan. Obat-obatan ini akan memicu peningkatan aktivitas otak, terutama pada bagian yang mengendalikan kemampuan konsentrasi dan perilaku. Efek obat-obat ini adalah penderita menjadi lebih tenang, kurang impulsif, dan bisa fokus.

Methylphenidate umumnya digunakan untuk remaja dan anak-anak di atas enam tahun. Jika pasien tidak cocok dengan obat ini, dokter akan menggantinya dengan dexamfetamine. Sementara dexamfetamine dianjurkan untuk anak-anak di atas usia tiga tahun.

Jika obat jenis stimulan tidak cocok untuk pasien, misalnya karena alasan kesehatan tertentu, dokter biasanya akan memberikan atomoxetine. Obat ini termasuk jenis selective noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI). SNRI akan meningkatkan kadar senyawa noradrenalin dalam otak sehingga dapat membantu daya konsentrasi dan mengendalikan impuls. Atomoxetine bisa diresepkan untuk remaja dan anak-anak di atas enam tahun.

Semua obat pasti memiliki efek samping, termasuk obat-obatan untuk ADHD. Beberapa efek samping yang umum terjadi saat menggunakannya adalah sakit kepala, tidak nafsu makan, dan gangguan pencernaan. Tetapi pengguna atomoxetine harus lebih waspada karena obat ini juga diduga dapat memicu efek samping yang lebih serius, yaitu memicu keinginan bunuh diri serta kerusakan hati.

Pasien yang sudah menjalani langkah penanganan sebaiknya memeriksakan diri secara rutin ke dokter sampai gejala-gejala ADHD berkurang secara signifikan. Setelah kondisinya membaik pun, pasien tetap dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan secara berkala.

Penanganan Melalui Terapi
Selain obat, penanganan ADHD dapat dilengkapi dengan terapi. Metode ini juga berguna untuk menangani gangguan-gangguan lain yang mungkin menyertai ADHD, misalnya depresi. Jenis-jenis terapi yang dapat menjadi pilihan meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif atau CBT (cognitive behavioural therapy). Terapi ini akan membantu penderita ADHD untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat menghadapi masalah atau situasi tertentu.
  • Terapi psikologi. Penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita dalam terapi ini, misalnya kesulitan mereka dalam mengatasi gejala-gejala ADHD dan mencari cara untuk mengatasi gejala.
  • Pelatihan interaksi sosial. Jenis terapi ini dapat membantu penderita ADHD untuk memahami perilaku sosial yang layak dalam situasi tertentu.

Orang-orang yang dekat dengan penderita ADHD seperti orang tua, saudara, serta guru juga membutuhkan pengetahuan serta bantuan agar dapat membimbing para penderita. Berikut ini beberapa jenis terapi dan pelatihan yang mungkin dapat berguna.

  • Terapi perilaku. Dalam terapi ini, orang tua serta perawat penderita ADHD akan dilatih untuk menyusun strategi guna membantu si penderita dalam berperilaku sehari-hari dan mengatasi situasi yang sulit. Misalnya dengan menerapkan sistem pujian untuk menyemangati pasien.
  • Program pelatihan dan pengajaran untuk orang tua. Selain membantu orang tua untuk lebih memahami perilaku penderita ADHD, langkah ini juga dapat memberikan gambaran tentang bimbingan spesifik yang dibutuhkan penderita.

Nah itulah informasi mengenai cara mengatasi ADHD pada anak, semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda semua. Anda juga bisa membaca artikel terkait tentang Cara Mengobati Penyakit Jantung dan Cara Menghilangkan Jerawat secara alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar